FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERCULOSIS DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2018 | FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERCULOSIS DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2018 | | |
|
|
Description:Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis. Angka kejadian TB pada tahun 2017 di seluruh dunia adalah sebesar 9,6 juta orang. Prevalensi TB di Indonesia sebesar 1.600.000 dengan estimasi insiden 1.000.000 kasus pertahun. Survey awal yang dilakukan di Kota Bukittinggi tahun 2016-2017 jumlah penderita TB adalah sebanyak 174 orang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan pengetahuan, umur, merokok dan kepadatan hunian dengan Faktor Risiko Kejadian Tuberculosis di Kota Bukittinggi Tahun 2018. Metode penelitian kuantitatif dengan desain case control study. Tempat penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi pada bulan April-Juni tahun 2018. Populasi kasus adalah semua penderita TB yang berada di Kota Bukittinggi tahun 2017 yaitu sebanyak 74 orang. Sampel berjumlah 38 orang (19 kasus+19 kontrol). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pada kelompok kasus yaitu Proportional Sampling dan kelompok kontrol Purporsive Sampling kemudian diolah secara komputerisasi. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai signifikasi pengetahuan p value 0,021, umur p value 0,040, merokok p value 0,046 dan kepadatan hunian p value 0,032. Hasil analisis bivariat faktor risiko kejadian tuberculosis adalah pengetahuan (OR=6,429), umur (OR=5,926), merokok (OR=5,156) dan kepadatan hunian (OR=7,560). Kesimpulannya adalah Pengetahuan, umur, merokok dan kepadatan hunian merupakan faktor risiko Kejadian Tuberculosis dan secara statistic terdapat hubungan yang bermakna. Disarankan kepada penderita TB selalu minum obat selama 6 bulan tanpa putus dan bagi yang tidak menderita TB selalu menjaga kesehatan seperti pola hidup sehat, memakan makanan yang bergizi serta berolahraga dan bagi pihak puskesmas untuk memberikan penyuluhan satu kali dalam sebulan. [show more]
|
|
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PELAKSANAAN IMD | FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PELAKSANAAN IMD | | |
|
|
Description:Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu indikator penting dalam kabupaten Pesisir Selatan
tahun 2018 sebesar 43%. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak menolong
persalinan sangat berperan penting dalam mensukseskan pelaksanaan IMD. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan pelaksanaan IMD oleh bidan di
kecamatan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan tahun 2018. Desain penelitian yaitu
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel dependen diteliti dalam
waktu bersamaan. Pengambilan sampel ini dilakukan sebagian dari populasi dengan jumlah 32
bidan, pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan wawancara, variabel yang diteliti
terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan terhadap pelaksanaan IMD oleh bidan yaitu tingkat
pengetahuan, sikap bidan dan pelatihan oleh bidan. Analisa data dengan uji chis square dengan
derajat kepercayaan 95% (a = 0,05) bila p value ≤0,05. Dari hasil penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan IMD oleh bidan di kecamatan Batang Kapas kabupaten Pesisir
Selatan adalah pengetahuan (p-value = 0,000), Sikap (p-value = 1,000), pelatihan (p-value=
0,001). Dari hasil analisis data di dapat bahwa pengetahuan dan pelatihan berhubungan dengan
pelaksanaan IMD, Dengan demikian disimpulkan bahwa sikap tidak ada hbungan dengan
pelaksanaan IMD dan pada pengetahuan dan pelatihan memiliki hubungan, saran peneliti
diharapkan perlu diadakan kegiatan pelatihan tentang inisiasi menyusu dini dan dapat
meningkatkan pengetahuan bidan, sikap bidan untuk melaksanakan IMD. [show more]
|
|
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2019 | FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2019 | | |
|
|
Description:Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari, pada masa tersebut terjadi
perubahan yang sangat besar. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan.
Angka Kematian Bayi adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan
per 1000 kelahiran hidup. Propinsi Sumatera Barat cakupan kunjungan neonatus (KN)
sebanyak 85,85%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kunjungan neonatus (KN).Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross
sectional. Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami, dan
kunjungan neonatus. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 1-6 bulan yang
berjumlah 62 orang dengan tehnik pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian
dilakukan pada tanggal 9 – 24 September 2019. Data dikumpul dengan menggunakan
kuesioner kemudian diolah dengan sistem komputerisasi dengan teknik analisis chi-squre.
Hasil penelitian menunjukan 56,4% berpengetahuan tinggi, 59,7% bersikap positif, 58,1%
responden ada mendapatkan dukugan suami tentang kunjungan neonatus dan 61,3% angka
kunjungan neonatus ke Puskesmas Sungayang. Ada hubungan pengetahuan responden
dengan kunjungan neonatus, nilai p = 0,001. Ada hubungan sikap responden dengan
kunjungan neonatus, dengan nilai p = 0,000 dan Ada hubungan dukungan suami dengan
kunjungan neonatus, dengan nilai p = 0,000.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan, sikap, dan dukungan suami dapat mempengaruhi tingkat kunjungan
neonatus kepelayanan kesehaan. Disarankan hasil penelitian ini digunakan sebagai
perbandingan dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, orang tua untuk selalu
memeriksakan bayinya agar mendapatkan pelayanan dan perawatan neonatus dengan baik. [show more]
|
|
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKONFIRMASI COVID-19 PADA PERAWAT DI
RUANG RAWAT RSUD DR. ACHMAD DARWIS
SULIKI TAHUN 2022 | FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKONFIRMASI COVID-19 PADA PERAWAT DI
RUANG RAWAT RSUD DR. ACHMAD DARWIS
SULIKI TAHUN 2022 | | |
|
|
Description:
Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular
covid-19. Data dari WHO menyebutkan per Agustus 2021 swbanyak 572.478
tenaga kesehatan terinfeksi covid-19. Tenaga kesehatan termasuk perawat
merupakan profesi yang secara langsung melakukan interaksi dengan pasien
terkonfirmasi covid-19 sehingga sangat rentan terpapar bahkan tertular penyakit
ini. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
terkonfirmasi covid-19 pada perawat. Metode penelitian analitik dengan
pendekatan retrospektif. Populasi adalah seluruh perawat yang bertugas dalam
memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat RSUD dr. Achmad Darwis
Suliki, berjumlah 65 orang. Jumlah sampel 40 orang, diambil secara purposive
sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa
menggunakan uji chi-square. Hasil univariat diketahui 55 % responden
menerapkan protokol kesehatan dengan kurang baik, 100 % memiliki riwayat
kontak, 35 % memiliki komorbid, 77,5 % memiliki riwayat perjalanan ke luar
kota/ daerah dan 70,0 % terkonfirmasi covid-19. Hasil bivariate ada hubungan
protokol kesehatan (p = 0,004 dan OR = 12,5), komorbid (p= 0,003 dan OR =
1,857) dan ada hubungan riwayat perjalanan dengan terkonfirmasi covid-19 (p =
0,012 dan OR = 8,333). Disimpulkan bahwa factor yang paling berhubungan
dengan terkonfirmasi positif pada perawat adalah penerapan protocol kesehatan.
Saran kepada petugas agar menerapkan protokol kesehatan dengan baik
dimanapun berada, terutama bagi responden yang memiliki komorbid dan juga
saat memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit, serta saat melakukan
perjalanan ke luar kota/ daerah. [show more]
|
|
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMP N 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun 2019 | Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMP N 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun 2019 | | |
|
|
Description:Berdasarkan data WHO yang melakukan penelitian dibeberapa Negara berkembang
menunjukkan sekitar 40% remaja umur 18 tahun telah melakukan hubungan seks
meskipun tanpa ada ikatan pernikahan. Akibat dari hubungan seksual, sekitar 12% telah
positif terkena Penyakit Menular Seksual sekitar 27% positif HIV (Mangando et al.,
2014) Menurut L‟Engle Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perilaku seks beresiko pada siswa SMP Negeri 1 Padang Gelugur tahun 2019.Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seks beresiko pada siswa
SMP Negeri 1 Padang Gelugur tahun 2019 Penelitian ini menggunakan rancangan
(Desain) survey analitik dengan pendekatan cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan. Dengan jumlah sampel sebanyak 72 orang .Data yang digunakan primer
dan sekunder.Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Berdasarkan analisa univariat
dari 72 siswa berpengetahuan kurang terdapat 10 responden (13,9%), dimana yang
beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 5 responden (6,9%) dan tidak beresiko
bahwa media massa tidak berperan terhadap perilaku seks terdapat 68 responden
(94,4%) dimana yang beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 2 responden
(2,8%) dan tidak beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 66 responden (91,7%),
peran teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 63 responden (87,5%)
dimana seluruhnya tidakberesiko memiliki perilaku seks bebas, peran teman sebaya
berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 9 responden (12,5%), dimana yang
beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 6 responden (8,3%) perilaku seks
terdapat 6 responden (8,3%) dimana seluruhnya beresiko memiliki perilaku seks bebas.
jika diberi perhatian oleh orang tua berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 66
responden (91,7%), , dan minoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 10 responden
yang (13,9). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Diharapkan pada siswa dapat tetap
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku seks beresiko [show more]
|
|
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMP N 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun 2019 | Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMP N 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun 2019 | | |
|
|
Description:Berdasarkan data WHO yang melakukan penelitian dibeberapa Negara berkembang
menunjukkan sekitar 40% remaja umur 18 tahun telah melakukan hubungan seks
meskipun tanpa ada ikatan pernikahan. Akibat dari hubungan seksual, sekitar 12% telah
positif terkena Penyakit Menular Seksual sekitar 27% positif HIV (Mangando et al.,
2014) Menurut L‟Engle Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perilaku seks beresiko pada siswa SMP Negeri 1 Padang Gelugur tahun 2019.Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seks beresiko pada siswa
SMP Negeri 1 Padang Gelugur tahun 2019 Penelitian ini menggunakan rancangan
(Desain) survey analitik dengan pendekatan cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan. Dengan jumlah sampel sebanyak 72 orang .Data yang digunakan primer
dan sekunder.Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Berdasarkan analisa univariat
dari 72 siswa berpengetahuan kurang terdapat 10 responden (13,9%), dimana yang
beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 5 responden (6,9%) dan tidak beresiko
bahwa media massa tidak berperan terhadap perilaku seks terdapat 68 responden
(94,4%) dimana yang beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 2 responden
(2,8%) dan tidak beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 66 responden (91,7%),
peran teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 63 responden (87,5%)
dimana seluruhnya tidakberesiko memiliki perilaku seks bebas, peran teman sebaya
berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 9 responden (12,5%), dimana yang
beresiko memiliki perilaku seks bebas terdapat 6 responden (8,3%) perilaku seks
terdapat 6 responden (8,3%) dimana seluruhnya beresiko memiliki perilaku seks bebas.
jika diberi perhatian oleh orang tua berpengaruh terhadap perilaku seks terdapat 66
responden (91,7%), , dan minoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 10 responden
yang (13,9). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Diharapkan pada siswa dapat tetap
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku seks beresiko [show more]
|
|
FAKTOR-FAKTOR BEBAN KERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RSI IBNU SINA BUKITTINGGI TAHUN 2023 | FAKTOR-FAKTOR BEBAN KERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RSI IBNU SINA BUKITTINGGI TAHUN 2023 | | |
|
|
Description:Beban kerja yang berlebihan pada perawat menjadi sumber stress bagi perawat,
perawat merasakan kelelahan dalam bekerja, pusing, istirahat kurang, hal ini akan
berdampak kepada kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stress
perawat. Desain peneltian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional,
adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada dirawat Inap
Rumah Sakit berjumlah 32 orang, teknik pengambilan sampel yaitu total
sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner beban kerja dan tingkat stress
perawat. Hasil penelitian menunjukkan beban kerja yang dibagi terhadap 3 item
aspek fisik, aspek psikologis dan aspek waktu kerja dengan masing masing P-
value 0.018, 0.036 dan 0.023. aspek fisik, aspek psikologis dan waktu kerja
terhadapat hubungan dengan tingkat stress kerja P-value < 0.05. Pembahasan
berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa banyaknya tugas keperawatan yang
dilakukan oleh perawat terutama adanya tugas diluar non-keperawatn, hal ini yang
dapat menimbulkan respon lelah dan menjadikan perawat stress akan
pekerjaannya. Saran untuk itu beban kerja dapat diatasi dengan memperhatikan
lingkungan kerja, sarana prasarana dan perlunya direncanakan penambahan
jumlah perawat dalam ruangan. [show more]
|
|
FAKTOR-FAKTOR PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI (PI) DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) DI KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2019 | FAKTOR-FAKTOR PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI (PI) DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) DI KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2019 | | |
|
|
Description:Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin dan
komprehensif pada saat memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan. Di kecamatan IV
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2019 dari 10 bidan, 6 bidan diantaranya sudah
menggunakan APD secara lengkap pada saat menolong persalinan dan sudah pernah
mengikuti pelatihan APN, sedangkan 4 bidan lainnya belum lengkap dalam
penggunaan APD dikarenakan kondisi pasien yang darurat. Salah satu diantara bidan
tersebut pernah mengalami luka akibat jarum suntik tetapi tidak sampai mengalami
infeksi berat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-faktor
Pelaksanaan Pencegahan Infeksi (PI) dalam Pertolongan Persalinan oleh Bidan
Praktek Mandiri (BPM). Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik
dengan desain cross sectional. Dilakukan pada bulan juli-agustus 2019. Cara
pengambilan sampel yaitu dengan teknik total sampling sebanyak 40 orang Bidan
Praktek Mandiri (BPM). Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner dan
meminta responden untuk mengisinya, kemudian data diolah dengan komputerisasi
dan penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (univariat) dan analisa
hubungan (bivariat). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data pengetahuan tinggi
(52,5%), motivasi tinggi (55,0%), pernah pelatihan (65,0%), dan melaksanakan PI
tidak sesuai SOP (60,0%). Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan bermakna
antara pengetahuan, motivasi dan pelatihan Bidan Praktek Mandiri (BPM) dengan
pelaksanaan Pencegahan Infeksi. [show more]
|
|
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi
Untuk Pencegahan Stunting Diwilayah Kerja Puskesmas Pelawan tahun 2022 | Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi
Untuk Pencegahan Stunting Diwilayah Kerja Puskesmas Pelawan tahun 2022 | | |
|
|
Description:Menurut WHO, hanya 44% bayi mendapat ASI eksklusif di dunia. Profil Kesehatan
Indonesia (2021), cakupan ASI eksklusif mengalami kenaikan dari 37,8 % pada tahun
2020 menjadi 65,16% pada tahun 2021. Pemberian ASI ekslusif dapat mencegah
terjadinya stunting pada bayi, adapun rendahnya pemberian ASI ekslusif ini yaitu
kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga, dan kurangnya peran tenaga
kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Untuk Pencegahan Stunting
Diwilayah Kerja Puskesmas Pelawan tahun 2022. Penelitian dilakukan dengan metode
Deskriptif analitik dengan pendekatan crosectional pada tanggal 15 Agustus s/d 30
Agustus 2022 diwilayah Kerja Puskesmas Pelawan, populasi dalam penelitian ini285
orang, dan sampel penelitian sebanyak 74 orang, dengan teknik pengambilan sampel
accidental sampling dan data di olah secara univariate dan bivariate. Hasil univariat
didapatkan 54,1% responden memiliki pengetahuan tinggi, 55,4% responden memiliki
sikap positif, 51,4% responden memiliki dukungan keluarga baik, 58,1% responden
memiliki peran tenaga kesehatan baik, dan 60,8% responden memberikan ASI ekslusif.
Hasil uji statistik didapatkan pengetahuan (p =0,000), sikap (p=0,000), dukungan
keluarga (p=0,000), peran tenaga kesehatan (p=0,000) artinya ada hubungan
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan dengan Pemberian
Asi Ekslusif Untuk Pencegahan Stunting Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelawan
Tahun 2022. Kesimpulan dari penelitian ini adanya hubungan pengetahuan, sikap,
dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan dengan Pemberian Asi Ekslusif Untuk
Pencegahan Stunting Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelawan Tahun 2022.
Disarankan pada tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan pada
ibu tentang manfaat ASI ekslusif pada bayinya dapat mencegah terjadinya stunting pada
anak.
[show more]
|
|
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN PADA WANITA RESIKO TINGGI DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN DI JORONG SIMPANG EMPAT, KP. CUBADAK, PASAMAN BARU DAN KATIMAHA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG EMPAT TAHUN 2020 | FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN PADA WANITA RESIKO TINGGI DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN DI JORONG SIMPANG EMPAT, KP. CUBADAK, PASAMAN BARU DAN KATIMAHA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG EMPAT TAHUN 2020 | | |
|
|
Description:Kehamilan resiko tinggi merupakan salah penyebab tingginya angka kematian
ibu. Puskesmas Simpang Empat memilik angka kehamilan resiko tinggi sebanyak
76,3% yang pada umumnya dengan faktor resiko umur, paritas dan jarak
kehamilan. Ibu hamil resiko tinggi tersebut ada yang mengalami komplikasi
selama kehamilan dan persalinan.Tujuan penelitian untuk mengetahui Faktor
Faktor yang berhubungan antara kehamilan pada wanita resiko tinggi dengan
perencanaan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat Tahun 2020.
Metode penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan crosektional yang
dilakukan pada bulan Februari tahun 2020. Populasi penelitian seluruh ibu hamil
yang beresiko tinggi sebanyak 116 orang dan sampel 56 orang. Analisa data
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan 53,6% responden
memiliki tingkat umur yang beresiko, 67.9% responden memiliki paritas yang
tidak beresiko, 69.6% responden memiliki jarak kehamilan yang tidak beresiko,
80.4% responden memiliki perencanaan persalinan tanpa bantuan. Terdapat
hubungan antara umur ibu dengan perencanaan persalinan dengan p value 0,16
nilai OR 0,135. Terdapat hubungan antara paritas ibu dengan perencanaan
persalinan dengan p value 0,41 nilai OR 0,403. Terdapat hubungan antara jarak
kehamilan dengan perencanaan persalinan dengan p value 0,42 nilai OR 3.709.
Disarankan pada Puskesmas dapat melakukan kegiatan penyuluhan, dan
pembentukan kelas ibu di setiap posyandu serta melakukan pelayanan ANC yang
terstandar. [show more]
|
|